Sunday, December 19, 2010

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN EKOLOGI


HUBUNGAN MANUSIA DENGAN EKOLOGI
A.    LATAR BELAKANG

Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik. Makhluk hidup yang lain itu bukalah sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat dengan mereka. Tanpa mereka manusia tidaklah dapat hidup.
Kenyataan ini dapat dengan mudah dapat kita lihat dengan mengandaikan di bumi ini tidak ada tumbuhan dan hewan. Dari manakah kita akan mendapatkan oksigen dan makanan? Sebaliknya seandainya tidak ada manusia, tumbuhan, hewan, dan jasad renik, masih dapat melangsungkan kehidupan mereka. Karena itu sudah sepantasnya jika kita bersikap lebih merendah diri. Sebab faktor penentu kelangsungan hidup kita tidaklah di dalam tangan kita, sehingga kehidupan kita sebenarnya amat rentan.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apakah yang dimaksud dengan ekologi?
2.      Bagaimanakah hubungannya ekologi dengan manusia?
3.      Bagaimanakah refleksi terhadap ekologi di Indonesia pasca kemerdekaan?

A.    Arti ekologi
Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, ahli biologi Jerman pada tahun 1869. Berasal dari kata “oikos” yang berarti rumah atau tempat tinggal, dan “logos” yang berarti telah atau studi. Jadi ekologi adalah ilmu tentang rumah atau tempat tinggal makhluk hidup. Biasanya ekologi didefinisikan sebagai “ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”. Yang dimaksud dengan makhluk hidup disini adalah kelompok makhluk hidup.[1]
Inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan mahluk hidup, khususnya manusia, dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Oleh karena itu permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah permasalahan ekologi.[2]
Ekologi dan ekonomi mempunyai banyak persamaan. Hanya saja dalam ekologi mata uang yang dipakai dalam transaksi bukanlah uang yang dipakai dalam transaksi bukanlah yang rupiah atau dollar, melainkan materi, energi, dan informasi. Dalam suatu komunitas atau antara beberapa komunitas, arus materi, energi, dan informasi mendapatkan perhatian utama dalam ekologi, seperti halnya arus uang dalam ekonomi. Oleh karena itu ekologi dapat juga dikatakan ekonomi alam. Yang melakukan transaksi dalam bentuk materi, energi, dan informasi.
Dalam pengelolaan lingkungan pandangan kita bersifat antroposentris, yaitu melihat permasalahan dari sudut pandang manusia. Walaupun tumbuhan, hewan, dan unsur tak hidup diperhatikan, namun perhatian itu secara eksplisit atau implisit dihubungkan dengan kepentingan manusia. Kelangsungan hidup suatu jenis tumbuhan atau hewan, misalnya, dikaitkan dengan peranan tumbuhan atau hewan itu dalam memenuhi kebutuhan hidup kita. Secara materiil misalnya sebagai bahan makanan, maupun non materiil seperti nilai ilmiah dan estetisnya. Tumbuhan dan hewan dianggap sebagai sumber daya genetis yang merupakan bank simpanan gen untuk keperluan hari depan kita dan anak cucu kita. Oleh karena itu, dalam pengelolaan lingkungan ekologi yang sangat kita butuhkan yaitu ekologi manusia. Ia merupakan cabang khusus ekologi, disamping ekologi tumbuhan, ekologi hewan dan ekologi jasad renik. Ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajaari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Manusia di dalam kehidupannya tidaklah cukup memperhatikan materi, energi, dan informasi.  Dalam kehidupannya yang modern arus uanglah yang lebih penting. Oleh karena itu walaupun ekologi penting, ia bukanlah satu-satunya masukan untuk mengambil keputusan dalam lingkungan hidup, melainkan hanyalah salah satu masukan saja. Ekonomi, teknologi, politik, dan sosial budaya juga penting dan berpengaruh. Ekologi adalah salah satu komponen dalam lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama dengan komponen lain untuk mendapatkan keputusan yang seimbang.
A.    Manusia Dan Lingkungan Hidupnya
Manusia adalah sejenis makhluk hidup, karena itu manusia juga berinteraksi dengan alam lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, atau ia juga mengusahakan sumber daya alam lingkungannya untuk mempertahankan jenisnya, dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Tidak berbeda dengan organisme/ makhluk hidup lainya, manusia bersama dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu ekosistem.[3]
Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem, yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkunganya. Menurut pengertian, suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi oleh adanya arus materi dan energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem itu.[4]
           Tumbuhan, hewan, dan jasad renik dapat hidup tanpa manusia. Tetapi manusia tak dapat hidup tanpa tumbuhan, hewan dan jasad renik. Karena itu tumbuhan, hewan dan jasad renik harus kita jaga kelangsungan hidupnya demi kelangsungan hidup kita semua. Makhluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka. Tanpa mereka manusia tidaklah dapat hidup.
           Kenyataan ini dapat kita lihat dengan mengandaikan di bumi ini tidak ada tumbuhan dan hewan, dari manakah kita akan mendapatkan oksigen dan makanan?. Sebaliknya seandainya tidak ada manusia, tumbuhan, hewan, dan jasad renik akan tetap dapat melangsungkan kehidupannya, seperti sejarah bumi sebelum ada manusia. Karena itu anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang paling berkuasa sebenarnya tidaklah benar. Seyogyanya kita menyadari bahwa kitalah yang membutuhkan makhluk hidup yang lain untuk kelangsungan hidup kita dan bukannya mereka yang membutuhkan kita untuk kelangsungan hidup mereka. Dengan demikian sudah sepantasnya kita bersikap lebih merendahkan diri. Sebab faktor penentu kelangsungan hidup kita tidaklah di tangan kita.
           Manusia bersama tumbuhan, hewan, dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak hidup, seperti misalnya udara yang terdiri atas bermacam-macam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu. Ruang yang ditempatu suatu makhluk hidup bersama dengan benda tak hidup dan benda hidup di dalamnya disebut lingkungan hidup makhluk tersebut. Secara khusus kita bicarakan lingkungan hidup manusia.[5]
Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam faktor. Pertama, oleh jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut. Misalnya suatu lingkungan hidup terdiri dari 10 orang, seekor anjing, tiga ekor burung, sebatang pohon, dan sebuah bukit. Tentunya akan berbeda jika di lingkungan hidup tersebut terdapat satu manusia, sepuluh ekor anjing, tertutup rimbun dan tidak berbukit batu.
Kedua, hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup itu. Ketiga kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup. Misalnya suatu daerah dengan lahan yang landai dan subur merupakan lingkungan yang berbeda dari daerah dengan lahan yang berlereng dan tererosi. Keempat, faktor non-materiil suhu, cahaya, dan kebisingan.
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Ia membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya. Manusia adalah perwujudan yang dihasilkan oleh interaksi sifat keturunannya dengan faktor lingkungan. Perubahan pada lingkungan akan mempengaruhi manusia. Misalnya, seorang yang bekerja pada ruangan yang kecil dan tertutup, ia akan mengurangi kadar oksigen dalam ruangan tersebut dan menambah karbon dioksida. Pernafasnya juga menjadikan suhu naik sehingga ruangan panas dan menstimulasi pembentukan keringat sehingga tidak sedap kemudian menjadi pengaplah ruangan itu. Prestasi kerja orang itu akan menurun.
Makin lama makin menurun pula lah kualitas lingkungan dalam kamar itu. Manusia hidup dari unsur-unsur lingkungan hidupnya: udara untuk pernafasannya, air untuk minum, keperluan rumah tangga dan kebutuhan lain. Tumbuhan dan hewan untuk makanan, sumber tenaga dan lahan untuk tempat tinggal dan produksi pertanian. Oksigen dari udara yang kita hirup untuk bernafas, sebagian berasal dari tumbuhan dalam dalam proses fotosintesis, sebaliknya gas karbondioksida yang kita keluarkan sewaktu bernafas digunakan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Jelaslah bahwa manusia adalah bagian Integral dari lingkungan hidupnya. Ia tak dapat terpisahkan darinya. Manusia tanpa lingkungan hidupnya adalah suatu abstraksi belaka.
B.     Hubungan Manusia Dengan Ekologi
Manusia di dalam menciptakan segala sesuatu di sepanjang sejarahnya selalu dipengaruhi oleh alam lingkunganya. Hal ini dipelajari oleh dua macam ahli yaitu seorang geographical historian dan historical geographer. Jelaslah bahwa seorang geograf murni (geographical geographer) tak akan mampu menelaah dengan baik geografi masa lampau karena ia tidak menaruh minat kepada sejarah.
Sebenarnya seorang sejarawan juga menggumuli relasi antara manusia dan alam di sekitarnya. Geograf LUCIEN FEBVRE sehubungan itu bahkan menanyakan kemungkinan adanya semacam hukum dalam relasi diantara dua hal itu. Tokoh lain EDMOND PERRIER berpendapat bahwa nyatanya di dalam alam, kekeringan atau kelembapan udara, suhu panas atau tenaga listrik, dapat saja menimbulkan perubahan pada karakter individual pada tumbuh-tumbuhan atau hewan secara temporer atau permanen. Pada kehidupan manusia cukupnya atau kurangnya persediaan bahan makanan juga dapat mempengaruhi besar kecilnya otot serta penciptaan kebiasaan baru.[6]
Pada awalnya istilah ekologi digunakan lebih sebagai studi biologis mengenai organisme-organisme dalam hubungannya dengan lingkungan fisik mereka: iklim, tanah, angin, lembab udara. Lalu ekologi dipakai terutama untuk mempelajari bagaimana penyesuaian diri organisme-organisme tersebut pada lingkungannya.
Kemudian Thomas Huxley memakai ekologi dalam kaitan dengan manusia sebagai “ekologi manusia”. Ekologi manusia merupakan studi mengenai hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Huxley menggunakan istilah ini dalam bukunya “Man’s place in Naturre”. Namun sampai menjelang akhir abad ke 20, ekologi masih dikenal lebih sebagai ilmu hayat. Baru pada abad ke 20, dirintis ekologi sebagai ilmu sosial yang menganalisa hubungan manusia dengan lingkungannya.
Dari Otis Dudley Duncan dalam makalahnya berjudul “Human Ecology and Population Studies” yang termuat dalam bunga rampai “the Study of Population”(1959), kita mendapatkan konsep paling operatip dari ekologi manusia (human ecology). Secara padat ekologi manusia dudley Duncan sebagai “ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan alam lingkungannya melalui teknologi yang diatur oleh organisasi sosial. Ada 4 variable atau bidang dasar yang menjadi obyek penggumulan ekologi manusia :
1.      Alam sekitar sebagai variable tersempit, yang menyangkut;
a.       Lingkungan fisik yang meliputi: sumber-sumber alam, energi-energi bumi(mineral, tanah, air, udara)
b.      Lingkungan nabati(vegetable environment) dengan proses-proses foto sintese.
c.       Lingkungan hewani: bersama lingkungan nabati, lingkungan ini menopang berkembangnya serta tersedianya proses-proses natural tumbuh-tumbuhan yang secara ekologis tak tergantikan, misalnya: penyerbukan bunga oleh serangga.
2.      Demografi: pertumbuhan penduduk. Pokok-pokok demografi yang penting disini adalah:
a.       Fakta serta faktor-faktor pertambahan penduduk dari masa ke masa.
b.      Perumahan sebagai tempat tinggal manusia, menyangkut pemerataan rumah penduduk.
c.       Kegiatan-kegiatan fungsional manusia seperti: kegiatan ekonomis
3.      Teknologi: variabel sarana teknis manusia yang secara ekonomis memampukan manusia untuk tetap hidup dalam lingkungannya. Revolusi industri pertama (1760-1800) sebagai proses mekanisasi telah mangganti secara sistematis dan drastis energi-energi manusia dengan energi alam anorganik. Revolusi industri kedua sebagai proses otomatis telah mampu mengganti energi alam yang sama dengan energi-energi natural lainnya seperti listrik, alat-alat komputer, robot, kibernetik.
4.      Variabel etik sosial. Variabel ini menyangkut sistem organisasi sosial yang harus bertanggung jawab dalam mengatur akibat-akibat dan pengaruh-pengaruh teknologi serta kelakuan manusia umumnya dalam kaitannya dengan keseimbangan alam lingkungan. Bidang sosial ini meliputi:
a.       Lembaga politik dan administratif yang bertanggung jawab dalam mencegah penghancuran lingkungan tingkat madya seperti pencegahan erosi, polusi udara dan air, penggundulan hutan.
b.      Keputusan-keputusan politis dan ideologis yang berkaitan dengan tujuan terjaganya kesejahteraan umum masyarakat serta kelestarian hubungan antar pribadi dan masyarakat.
Solusi atau pemecahan permasalahan ekologi boleh jadi terletak dalam memperhitungkan keempat variabel ini dan mengaturnya secara seimbang antar keempatnya. Pengekstriman salah satu variabel saja akan menggoncangkan aspek-aspek lainnya. Oleh karena sampai saat ini cukup banyak variabel-variabel diatas dibahas dalam rangka ekologi.
Sesungguhnya yang paling membedakan manusia dengan binatang dalam kontek ini yaitu ketidak mampuan manusia untuk secara langsung menyesuaikan diri pada suatu lingkungan yang sudah jadi. Secara biologis, manusialah satu-satunya species yang paling kurang mampu atau tidak memiliki daya penyesuaian terhadap lingkungan. Dalam kontek ini manusia disebut cacat atau tercela(Mangelwesen) oleh antropolog Arnold Gehlen. Alasannya, karena manusia tidak mempunyai insting-insting atau naluri pelindung atau penjamin hidup. Lebih lanjut oleh biolog, Adolf Portman, secara biologis manusia dipandang sebagai premature, maksudnya semua spesies lain atau binatang dengan kelahirannya sekaligus membawa seperangkat naluri atau kemampuan alami untuk tetap hidup(survive), sedangkan bayi manusia tanpa pemeliharaan ibu dan keluarganya sebagai lingkungan pasti akan mati.
Konsekuensi dari situasi diatas, kekurangan manusia dalam penyesuaian terhadap lingkungan diganti oleh kemampuannya untuk menciptakan suatu lingkungan tifisial atau tiruan. Bentuknya beraneka ragam seperti dari keluarga sebagai bentuk intim ciptaan manusia sampai ke kebudayaan sebagai wujud universal linkungan khas manusiawi hasil jamahan manusia.
Pengolahan kebudayaan sebagai lingkungan hidup buatan bersumber pada perkembangan kesadaran manusia. Pada manusia tidak terdapat otomatisme naluri karena diantara sekian banyak stimulus dan dorongan-dorongan, berfungsilah kesadaran manusia. Diantara unsur pokok dunia kebudayaan, ada satu unsur pokok yang perlu diperhatikan yaitu kemampuan manusia melakukan abstraksi sebagai dasar penciptaan kebudayaan itu sendiri. Berkat abstraksinya manusia mampu menenun suatu lingkungan baru bagi dirinya.
Wujud-wujud real kemampuan abstraksi tersebut sudah bisa dilihat sejak awal peradaban kita, misalnya dalam pembuatan alat bercocok tanam dari batu. Contoh lain adalah lukisan di gua-gua yang merupakan proyeksi dari apa yang dilihat manusia di alam. Makin tinggi tingkat kemampuan abstraksi manusia, makin tinggi pula kebudayaan orang atau bangsa tertentu. Dalam sejarah ketegangan antara manusia dalam rangka usahanya untuk memasukkan lingkup budaya ciptaanya ke alam semesta masih terus berlangsung sampai sekarang. Wujud konkrit ketegangan pada zaman kita muncul dalam fenomena teknologi sebagai salah satu hasil abstraksi manusia.[7]
C.    GEOLOGI SEJARAH
Geologi sejarah merupakan salah satu cabang geologi yang mempelajari sejarah terjadinya bumi dan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi padanya.
Semenjak manusia menghuni bumi ini mereka ingin mengetahui dan ingin mendapatkan jawaban mengenai bagaimana terjadinya bumi, kapan terjadinya dan peristiwa-peristiwa apa saja yang telah terjadi padanya.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut bukan merupakan hal yang mudah. Ini disebabkan konon manusia dilahirkan di bumi beberapa juta tahun yang lalu sesudah bumi terbentuk. Itulah sebabnya untuk menjawab pertanyaan tersebut manusia akan bertitik tolak dari beberapa teori atau hipotesa dan dari segala sesuatu yang terekam dalam kulit bumi baik yang merupakan rekaman kejadian pada masa lampau ataupun kejadian pada masa kini.
Mempelajari geologi sejarah tidak akan lepas dari pengertian ruang dan waktu. Ruang diartikan sebagai tempat dimana semua peristiwa telah terjadi dan terekam padanya, sedang waktu akan meliputi kapan dan berapa lama peristiwa tersebut terjadi dan berlangsung.Geologi sejarah adalah salah satu bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang urutan terbentuknya kulit bumi, termasuk di dalamnya proses serta macam kehidupan yang pernah ada.
Untuk mempelajari geologi sejarah diperlukan pengetahuan pembantu antara lain geologi fisik, stratigrafi, geologi struktur dan paleontologi. Untuk memberikan gambaran tentang geologi sejarah, akan dimulai dari marsa Arkeozoikum, masa Paleozoikum, masa mesozoikum dan masa kenozoikum. Disamping itu untuk memberikan gambaran tentang geologi sejarah di Indonesia.[8]
D.    REFLEKSI 50 TAHUN SISTEM EKOLOGI INDONESIA
Ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Disini dibicarakan masalah di Indonesia tentang bagaimana pengelolaan sumber daya alamnya. Jika kita berbicara tentang nusantara sebagaimana Multatuli menamakannya sebagia zamrud di khatulistiwa. Sutan Takdir Alisyahbana (STA) menyatakan sebagai Bimantara, atau beberapa orang lainnya menyatakannya Nusantara. Semuanya itu menuju kepada kekayaan SDA, geopolitik, kekayaan keagamaan, suku bangsa (etnis), dsb. Jadi semua menunjuk begitu kayanya bumi nusantara ini yang terbentang dari sabagn sampai merauke.
Kalau kita bicara tentang lingkungan(baca: dalam konteks lingkungan hidup), SDA biasanya dibagi dalam sumber daya alam yang ada di bawah permukaan bumi, seperti mineral, gas bumi, minyak. Dan yang berada di atas sekitar permukaan bumi, yang dalam terminologi ekologi disebut biosfer. Artinya suatu ekosistem kehidupan.
SDA minyak dan gas bumi sudah tidak asing bagi kita, karena salah satu sumber pendapatan devisa dan anggaran belanja rezim orba pada awal tahun 70an sampai dengan akhir 80-an bersumber pada minyak. Artinya, bergitu kaya sumber minyak dan gas bumi di negara kita.
Soal mineral, pasti kita semua sudah mengetahui. Salah satu contohnya adalah PT. Freeport yang sedang beroperasi di bumi Irian dengan menggali, mengeksploitasi hasil bumi. Dia bisa menjadi perusahaan nomor tiga di dunia. Dia menjadi perusahaan pertama di dunia yang menghasilkan emas, tembaga, dan perak. Jadi itu salah satu gambaran begitu kayanya SDA yang ada di bawah permukaan bumi nusantara ini.
Sedangkan sumber daya yang ada di lapisan biosfer, saya akan mengutip disini beberapa hal. Hutan tropis Indonesia memiliki keanekaragaman species yang lebih kaya dari hutan Afrika. Jadi, kita lebih kaya dari Afrika, tidak dapat ditandingi oleh negara yang beriklim sedang dan dingin. Hutan alam di Indonesia diperkirakan mengandung 5.500 species mamalia, 1500 burung, dan 100.000 species tumbuh-tumbuhan, dimana banyak diantaranya merupakan species endemik yang tidak ditemui dibelahan bumi lainya. Di Irian dalam 1ha hutan bisa ditemui 120-150 species pohon dengan diameter rata-rata diatas 10 cm. Bandingkan dengan hutan sub-tropis yang hanya 20 jenis dalam 1 ha. Di Kalimantan ditemukan 10 ribu jenis tumbuhan yang merupakan jenis hutan yang paling kaya di dunia. Sedangkan Sulawesi diperkirakan terdapat 5 ribu jenis tumbuhan endemik. Hutan di indonesia, disamping keragaman hayatinya, juga mengandung kekayaan dan kearifan tradisional. Karena di huni oleh lebih dari 10 ribu suku atau masyarakat adat di Indonesia yang menyimpan begitu banyak misteri dan kekayaan: cara petani bercocok tanam, obet-obatan, dsb. Maka tak aneh misalnya 90% dari obat-obatan yang dikembangkan di Amerika adalah meniru dari kearifan masyarakat adat yang hidup di hutan tropis. Bahkan akhir-akhir ini ada informasi bahwa Amerika sedang mengejar untuk mendapatkan obat AIDS di hutan Kalimantan. Tentang pengelolaan SDA yang ada dibawah maupun diatas permukaan bumi, terutama yyang berkaitan dengan minyak dan gas bumi, pada tahun 70-an sampai 80-an dekenal sebagai masaa boom minyak. Hal ini sangat beralasan kalau minyak merupakan sumber pendapatan utama negara. Nilai ekspor antara tahun 1978-1979 dan 1981-1982 melonjak dari US$ 7,4 milyar  menjadi US$ 19 milyar. Pada tahun yang sama, pendapatan negara dari pajak minyak dan gas bumi meningkat 271%, yakni 2.309 milyar pada tahun 78/79 meningkat menjadi 8.575 milyar pada tahun 1981/1982.
Sedikit tentang masalah ekologi kita akan menyinggung sedikit masalah kenyataan empirik lingkungan kita. Memang disadari betapa pentingnya tinjauan etis dalam memberikan penilaian terhadap kebijakan sistem ekologi kita. Karel P. Erari dalam suatu seminarnya pernah mengatakan dia mendengarnya dari belanda bahwa ternyata PT. Freeport untuk mengekstraksi emas dari batu-batuan menggunakan bahan kimia sianada. Kita bisa bayangkan sianada yang dipakai untuk 400km persegi tanah dan hutan, termasuk penduduk diseluruh pegunungan tengah Irian Jaya, akan terkena dampak dari bahan kimia tersebut. Itu jauh lebih gawat dari apa yang kita bayangkan dari segi lingkungan hidup. Jangan sampai nantinya kita akan membaca dari surat-surat kabar bahwa penduduk sipil yang memiliki tanah dan yang punya gunung es harus menderita. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa dalam sejarah bumi kita, didaerah tropis, hanya ada di dua tempat yang punya salju abadi. Yaitu di pegunungan Cartenz(sekarang Jayawijaya) dan di utara daerah wilayah Afrika, kilimanjaro. Kalau program ,emgekstraksikan emas dari batu-batuan yang menggunakan bahan kimia sianada itu berjalan selama 20 tahun, berarti nanti sampai abad 21, di peta kita sudah tidak ada lagi salju abadi di Indonesia.
Menurut catatan SKEPHI, di Jabar pencemaran terhadap air laut sudah mencapai 33%, di Jatim 53%, di Jakarta 32%, di Jateng 41%, di Sumut46%, di Kalsel 38%. Itu beberapa contoh. Pencemaran atas tanah di Jabar sudah mencapai 29%, di Jatim30%, di Jakarta 32% tanah yang sudah tercemar, dan di Jateng25%. Saya tidak menyebut propinsi lain, karena daftarnya panjang. Tetapi ini sekedar menggambarkan kepada kita bahwa setelah kita merdeka pembangunan yang telah kita capai menimbulkan pencemaran. Seperti yang sudah disampaikan diatas.[9]
KESIMPULAN
ekologi adalah ilmu tentang rumah atau tempat tinggal makhluk hidup. Biasanya ekologi didefinisikan sebagai “ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”. Inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan mahluk hidup, khususnya manusia, dengan lingkungan hidupnya. dalam pengelolaan lingkungan ekologi yang sangat kita butuhkan yaitu ekologi manusia. Ia merupakan cabang khusus ekologi, disamping ekologi tumbuhan, ekologi hewan dan ekologi jasad renik. Ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajaari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Manusia adalah sejenis makhluk hidup, karena itu manusia juga berinteraksi dengan alam lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, atau ia juga mengusahakan sumber daya alam lingkungannya untuk mempertahankan jenisnya, dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Tumbuhan, hewan, dan jasad renik dapat hidup tanpa manusia. Tetapi manusia tak dapat hidup tanpa tumbuhan, hewan dan jasad renik. Karena itu tumbuhan, hewan dan jasad renik harus kita jaga kelangsungan hidupnya demi kelangsungan hidup kita semua.
Dalam sejarah ketegangan antara manusia dalam rangka usahanya untuk memasukkan lingkup budaya ciptaanya ke alam semesta masih terus berlangsung sampai sekarang. Wujud konkrit ketegangan pada zaman kita muncul dalam fenomena teknologi sebagai salah satu hasil abstraksi manusia
Geologi sejarah merupakan salah satu cabang geologi yang mempelajari sejarah terjadinya bumi dan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi padanya. Semenjak manusia menghuni bumi ini mereka ingin mengetahui dan ingin mendapatkan jawaban mengenai bagaimana terjadinya bumi, kapan terjadinya dan peristiwa-peristiwa apa saja yang telah terjadi padanya.
Jika kita berbicara tentang nusantara sebagaimana Multatuli menamakannya sebagia zamrud di khatulistiwa. Sutan Takdir Alisyahbana (STA) menyatakan sebagai Bimantara, atau beberapa orang lainnya menyatakannya Nusantara. Semuanya itu menuju kepada kekayaan SDA, geopolitik, kekayaan keagamaan, suku bangsa (etnis), dsb. Jadi semua menunjuk begitu kayanya bumi nusantara ini yang terbentang dari sabagian sampai merauke.
Indonesia memiliki keanekaragaman species yang lebih kaya dari hutan Afrika. Jadi, kita lebih kaya dari Afrika, tidak dapat ditandingi oleh negara yang beriklim sedang dan dingin. Hutan alam di Indonesia diperkirakan mengandung 5.500 species mamalia, 1500 burung, dan 100.000 species tumbuh-tumbuhan, dimana banyak diantaranya merupakan species endemik yang tidak ditemui dibelahan bumi lainya.
Karel P. Erari dalam suatu seminarnya pernah mengatakan dia mendengarnya dari belanda bahwa ternyata PT. Freeport untuk mengekstraksi emas dari batu-batuan menggunakan bahan kimia sianada. Kita bisa bayangkan sianada yang dipakai untuk 400km persegi tanah dan hutan, termasuk penduduk diseluruh pegunungan tengah Irian Jaya, akan terkena dampak dari bahan kimia tersebut. Itu jauh lebih gawat dari apa yang kita bayangkan dari segi lingkungan hidup. Jangan sampai nantinya kita akan membaca dari surat-surat kabar bahwa penduduk sipil yang memiliki tanah dan yang punya gunung es harus menderita. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa dalam sejarah bumi kita, didaerah tropis, hanya ada di dua tempat yang punya salju abadi.
Harapan kedepannya sebagai calon pendidik dan sejarawan kita dapat lebih arif dan bijak dalam menyikapi kehidupan disekitar kita. Minimal kita memberikan warisan kepada anak cucu kita berupa hutan ataupun lingkungan alam yang masih asri dan terawat, agar kelak di kemudian hari anak cucu kita tidak kesulitan dalam hidupnya. Setidaknya mereka akan mewarisi kebudayaan yang baik dari kita yaitu menjaga kelestarian alam ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sukandarrumisi. 1994. Geologi Sejarah. Yogyakarta: gajah mada university press.
Sutrisno. 1981. Selayang Pandang: Melihat Permasalahan Ekologi. Basis.
Daljoeni N. 1982. Geografi Kesejarahan I: Peradaban Dunia. Bandung: Alumni.
Otto Soemarwoto. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.
Soedjiran Resosoedarmo,dkk. 1985. Pengantar Ekologi. Jakarta: IKIP JAKARTA.
Adi Sukadana. 1983. Antropo-Ekologi. Surabaya: Airlangga.
Triawan, dedy. 1995. Refleksi 50 Tahun Sistem Ekology Indonesia. Surakarta: Kumkar.
Santo, John De. 1991. Humanisme Ekologis Sebagai Pendidikan Berwawasan Lingkungan. Basis. Hlm 122-123.




[1] Soedjiran Resosoedarmo,dkk. Pengantar Ekologi. Jakarta. 1985: Ikip Jakarta. hlm. 1-2.
[2] Otto Soemarwoto. Ekologi Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. 1983. Jakarta: Djambatan. hlm. 14.
[3] Soedjiran Resosoedarmo,dkk. Op.cit. hlm 6-7.

[4] Otto Soemarwoto. Op.cit. hlm 15.

[5] Ibid, hlm 43-44.
[6] Daljoeni N. Geografi Kesejarahan I: Peradaban Dunia. (1982). Bandung: Alumni. Hlm. 27.
[7] Sutrisno. Selayang Pandang: Melihat Permasalahan Ekologi. 1981. Basis: Hlm. 98-99.
[8] Sukandarrumisi. Geologi Sejarah. 1994. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hlm.1
[9] Triawan, dedy. Refleksi 50 Tahun Sistem Ekology Indonesia. 1995. Surakarta: Kumkar. Hlm24-41

No comments:

Post a Comment