Sunday, December 19, 2010

KONFLIK ISRAEL HAMAS (2008-2009)


KONFLIK ISRAEL HAMAS (2008-2009)

PENDAHULUAN

Israel merupakan sebuah negara Yahudi di Asia barat yang tidak diakuai keberadaannya oleh kebanyakan masyrakat dunia. Dalam mendirikan negara Israel bangsa Yahudi mencaplok wilayah Palestina. Pencaplokan ini dilakukan untuk mengusir bangsa palestina dan mendirikan negara Israel Raya di tanah tersebut. Namun usaha    Israel ini mendapat perlawanan dari kelompok milisi Palestina dan melalui gerakan intifadhah rakyat Palestina akan terus berjuang untuk mendapatkan kembali tanah airnya dari tangan Israel. Pada perjuangannya rakyat Palestina banyak dibantu oleh organisasi-organisasi Internasional seperti PLO, Liga Arab, dan banyak negara-negara arab yang mendukung perjuangan Palestina untuk merdeka. Salah satu organisasi yang mendukung perjuangan rakyat Palestina adalah Hezbullah. Hizbullah merupakan merupakan organisasi Islam Syiah. Ada yang pro-Suriah dan pro-Iran. Hizbullah mempunyai perwakilan di Parlemen Lebanon dan ada yang menjadi menteri Lebanon. adanya Hizbullah adalah untuk membebaskan Libanon dari pendudukan Israel, selain itu Hezbullah juga mendukung setiap usaha untuk mengusir Israel dari tanah Palestina.Konflik Israel-Gaza 2008-2009 merujuk pada konflik yang berlangsung antara Israel dan Hamas, yang terjadi setelah kadaluarsanya gencatan senjata selama 6 bulan. Israel melancarkan serangan udara, disebut Operation Cast Lead (bahasa Ibrani: מבצע עופרת יצוקה, Mivtza Oferet Yetzukah), terhadap Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan roket dari Gaza dan Hamas. Hamas sendiri adalah merupakan salah satu Faksi Partai politik di Palestina yang mendambakan mengusir Israel dari seluruh wilayah Palestina. Perlawanan yang dilakukan oleh Hamas cenderung ke arah perlawanan fisik atau militer. Pada perang kali ini Israel mencoba untuk menghancurkan Hamas dari wilayah Gaza.

PEMBAHASAN

Konflik Israel dengan Hamas, terjadi setelah kadaluarsanya gencatan senjata selama 6 bulan. Pada tanggal 27 Desember 2008, Israel melancarkan serangan udara, disebut Operation Cast Lead terhadap Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan roket dari Gaza dan Hamas.
Partai-partai berkuasa di Israel menjadikan perang sebagai propaganda menjelang pemilu parlemen Israel pada 10 Februari 2009. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan surat kabar Haaretz menunjukkan masyarakat Israel berada di belakang operasi itu. Bahkan, di samping 52 persen yang mendukung serangan udara, ada 19 persen yang mengharapkan serangan darat. Dari semua ini, ada 25 persen yang menganjurkan gencatan senjata secepatnya. Perkembangan ini menyelamatkan popularitas koalisi Partai Kadima (Menteri Luar Negeri Tzipi Livni) dan Partai Buruh (Menteri Pertahanan Ehud Barak), yang melorot ketika menghadapi Benjamin Netanyahu yang ultranasionalis.
Perang ini bisa jadi akan semakin meluas setelah tiga atau lima roket yang dilepaskan dari Libanon menghantam tiga lokasi berbeda di wilayah Galilea Israel utara. Tembakan roket dari luar Palestina itu mencederai dua orang. Israel membalas dengan menembakkan 6 mortir ke arah Libanon. Belum diketahui apakah terdapat korban jiwa dari serangan balasan Israel tersebut.
Kini Israel dan Hamas terlibat dalam aksi yang disebut menteri pertahanan Israel Ehud Barak “perang hingga akhir” mari kita lihat pilihan yang mereka miliki.  Pertama-tama, apakah memang ini merupakan perang hingga akhir? Bisa jadi demikian, dan bisa jadi akan lebih buruk situasinya karena jika perang sudah dimulai, tidak mudah mengontrolnya.
Tetapi terkaan yang paling mungkin adalah mereka akan terus bertempur hingga ada intervensi diplomatik yang bisa diterima kedua kubu, atau setidaknya berada di posisi yang tidak memungkinkan mereka menolak.  Para jenderal Israel selalu mempertimbangkan dua jenis waktu dalam melaksanakan operasi militer. Yang pertama memperlihatkan bahwa mereka harus mencapai tujuan militer yang sudah ditentukan.        Yang kedua memperlihatkan banyaknya waktu yang tersisa sebelum tekanan internasional agar gencatan senjata ditetapkan menjadi tidak mungkin untuk ditolak.Jam diplomatik ini berjalan seiring dengan jumlah kematian warga sipil, dan dengan jumlah warga Palestina yang tewas demikian tinggi, jam itu berdetak semakin kencang. Hamas merupakan organisasi yang kurang konvensional. Para pemimpinnya sadar reputasi mereka terbentuk oleh ideologi perlawanan. semakin menderita mereka, semakin keras mereka berjuang, semakin tinggi dukungan terhadap mereka di Timur Tengah.
Di wilayah yang penuh dengan kemarahan terhadap Israel dan sekutu baratnya, Hamas tidak akan menerima usul apapun yang akan membatasi aksi yang menurut mereka merupakan hak untuk berjuang. Kelompok ini ingin mengirim pesan bahwa mereka tidak terintimidasi dan akan terus berjuang demi seluruh pihak di dunia yang marah dengan aksi Israel, dan juga kerumitan sekutu baratnya. Akan tetapi kepemimpinan Hamas sangat cerdik. Kelompok ini mungkin akan menerima kesepakatan yang membuatnya semakin diakui di panggung internasional dan memberi napas baru pada pasukannya.
Namun untuk saat ini Israel masih menjalankan rencananya, mencoba untuk menguasai keadaan.
Dan Israel mendapat perlindungan dari pemerintahan Bush, yang masih memanfaatkan tembakan diplomatis di bulan terakhir kekuasaannya dengan mengatakan gencatan senjata memang diinginkan, tetapi hanya jika Hamas menghentikan aksi penembakan.
Disaat perang masih berlangsung, Israel memiliki lebih banyak pilihan dibandingkan Hamas.
Perang tak seimbang
Israel memiliki militer yang kuat dan modern. Hal ini tidak berarti kemenangan standar secara militer sudah pasti, karena jika sudah pasti Irak sudah menggempur Gaza sejak dulu. Perang di Gaza, seperti juga banyak konflik lain di dunia saat ini, merupakan pertempuran antara si kuat dan si lemah. Para pakar strategi menyebutnya perang asimetris atau tak seimbang. Dalam perang seperti ini, kubu yang lemah sadar mereka tidak punya harapan untuk mengalahkan si kuat dalam perang frontal. Jadi, mereka berusaha memperkuat kemampuan yang dimiliki dan mendayagunakannya untuk menyerang titik yang dianggap sebagai titik lemah.
Contoh yang paling ekstrim adalah pukulan luar biasa yang dihasilkan oleh sekelompok kecil pembajak yang menabrakkan pesawat komersial ke gedung World Trade Center 11 September 2001. Hamas sangat ingin memukul Israel sekuat mungkin dan telah mengancam untuk mengerahkan pembom bunuh diri dan juga roket. Tetapi organisasi ini ingin juga membuat pukulan dari Israel balik memukul. Sejak tekanan internasional terhadap israel diawali dengan jumlah korban yang tewas dari kalangan warga Palestina, satu caranya adalah berkonsentrasi dalam perang media. Ini sangat berarti dalam perang tidak seimbang. Menang dalam perang media di dunia yang tidak pernah berhenti dari komunikasi langsung, merupakan bagian besar dalam memenangkan perang. Ketika jenderal Wesley Clark dari Amerika menjadi komandan pasukan Nato di Kosovo tahun 1999, dia selalu memasang stasiun televisi berita di kantornya selama 24 jam. Israel wartawan internasional masuk ke Gaza.
Garis yang konsisten
Negara itu jug amenyatakan sebagian besar wilayah Israel di perbatasan Gaza sebagai zona militer tertutup yang memberi kekuasaan pada tentara untuk mengusir para wartawan. Juru bicara Israel di seluruh dunia ters mengemukakan pernyataan yang konsisten.
Mereka berulang kali, tanpa lelah, menegaskan bahwa Israel bertindak untuk membela diri, bahwa wilayah kedaulatannya dilanggar oleh serangan roket dan bahwa negara manapun yang berada dalam posisi itu akan melakukan hal yang sama. Selain pernyataan menteri pertahanan mengenai perang hingga akhir, tampaknya ada upaya untuk tidak mempergunakan kata-kata yang bombastis. Hal berbeda terjadi dalam perang di Lebanon tahun 2006, membebani Israel dengan visi kemenangan yang sangat tidak mungkin tercapai. Namun Israel juga ingin mengirim pesan lain. Negara itu menyerang simbol-simbol kekuasan dan prestise Hamas, seperti Universitas Islam di Gaza. Israel yakin bisa merusak posisi Hamas sehingga tidak akan bisa lagi melontarkan roket melintasi perbatasan. Negara ini memanda satu cara untuk memisahkan kepemimpinan Hamas dan pendukung utamanya dari warga Palestina di Gaza adalah dengan memperlihatkan betapa besar kerusakan yang diderita warga akibat tindakan Hamas.
Hal itu tampaknya tidak akan terjadi. Bagi warga Palestina, apapun yang dikatakan oleh Israel soal serangan itu adalah hinaan terhadap semua pihak. Untuk Israel sendiri, ini bukan hanya menggalahkan Hamas semata. Negara itu ingin menghilangkan rasa ragu terhadap kompentensi militer Israel yang tercipta sejak dipaksa berperang hingga akhir oleh Hezsbollah Lebanon tahun 2006. Israel menyebutnya memperbaiki kekuatan militer. Artinya mereka ingin membuat calon musuh takut akan kemungkinan aksi yang bisa dilakukan oleh Israel Pada 17 Januari 2009, Israel secara sepihak menyatakan gencatan senjata dalam konflik tersebut. Dua hari kemudian Hamas turut menyatakan gencatan senjata setelah Israel mengumumkan akan menarik pasukannya dari Jalur Gaza dalam waktu 1 minggu. Al-Qossam menegaskan, walaupun Israel telah memuntahkan semua roketnya dan membunuh semua yang bergerak di atas bumi ini serta menggunakan ratusan ton bom untuk membunuh bangsa Palestina, namun al-Qossam masih sanggup melancarkan taktik perangnya dalam 23 hari terakhir. Al-Qossam telah melessatkan 980 roket yang terdiri dari 240 roket qossam, 213 roket grad dan 422 roket ringan. Dari jumlah tersebut, 47 tank Israel rontok dan 4 pesawat tempur mereka jatuh. Satu diantaranya pesawat pengintai tanpa awak.
Korban Serdadu Israel Versi Brigade Al-Quds
Brigade Al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam melaporkan, para pejuang Palestina menegaskan bahwa sejak perang dimulai hingga kini mereka telah menewaskan sedikitnya 227 orang Zionis Israel. Komite Perlawanan Palestina dalam pernyataan militernya dan satu naskahnya telah dikirimkan kepada televisi Al-Alam bahwa mereka telah menewaskan 183 tentara, 44 warga dan mencederai 207 lainnya, ditambah jumlah yang tidak terbatas dari korban tentara baik yang tewas maupun luka-luka di pihak Israel.

Berdasarkan pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh pasukan perlawanan yang terdiri dari:
  • Brigade Ezzeddin Qassam (Hamas)
  • Brigade Syuhada Al-Quds (Fatah)
  • Brigade Al-Quds (Jihad Islam)
  • Brigade Nasir Salahuddin (Komite Perlawanan Kerakyatan Palestina)
  • Brigade Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina
  • Brigade Ahmad Abu Ar-Rish
  • Brigade Abu Ali Mustafa
  • dan Brigade Jihad Jibril
Mereka telah melakukan sekitar 160 operasi militer menghadapi militer Zionis Israel selama 20 hari. Dari operasi yang dilakukan para pejuang Palestina berhasil menewaskan 227 Israel dan mencederai 207 lainnya dalam 32 operasi militer sementara dalam 128 operasi lainnya tidak disebutkan jumlah korban di barisan militer Israel, karena sulit menghitungnya secara khusus. Operasi-operasi militer berhasil menembus masuk ke barisan musuh, namun pihak Zionis Israel memberlakukan sensor ketat sehingga tidak diketahui secara pasti kerugian yang mereka derita. Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa Brigade Ezzeddin Qassam berhasil menewaskan 113 tentara Israel dan mencederai 110 lainnya dan telah meluncurkan banyak roket dan mortir ke daerah-daerah permukiman zionis di Palestina pendudukan dalam 25 operasi.
Brigade Syuhada Al-Quds menegaskan bahwa dalam 17 operasi dan infiltrasi yang mereka lakukan berhasil menewaskan 10 tentara dan mencederai 60 lainnya. Jumlah ini belum termasuk korban akibat tembakan roket ke arah Palestina pendudukan dan kontak senjata bersama unit-unit kecil tentara Israel yang berada di sekitar Gaza. Brigade Al-Quds menyatakan berhasil menewaskan 12 tentara Israel dan mencederai 5 lainnya dalam 16 operasi militernya di Gaza. Jumlah ini belum termasuk banyaknya korban yang tewas dan cedera akibat serangan roket di Palestina pendudukan. Brigade Nasir Salahuddin menyebut berhasil menewaskan 2 tentara dan mencederai 12 lainnya. Mereka juga berhasil menciptakan kerugian besar di pihak musuh dan berhasil menghancurkan kendaraan-kendaraan militer dalam 45 operasi militer.
Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina berhasil menewaskan 39 tentara Israel dan mencederai 5 lainnya dalam 19 operasi yang dilakukan di dalam kota Gaza dan daerah-daerah Palestina pendudukan. Brigade Ahmad Abu Ar-Raisy berhasil menewaskan 7 tentara Israel dan mencederai lebih dari 17 lainnya selama serangan Israel. Jumlah itu belum termasuk korban akibat tembakan sejumlah roket ke daerah-daerah permukiman Palestina pendudukan dan kerugian yang diterima musuh. Sementara Brigade Jihad Jibril mampu melakukan sejumlah operasi di Gaza dan Palestina pendudukan serta berhasil menewaskan dan mencederai banyak tentara Israel di daerah-daerah di Jalur Gaza.

Militer Zionis Israel sampai saat ini melakukan sensor ketat terkait kerugian yang dideritanya selama ini agar dapat menahan anjloknya semangat pasukannya. Terlebih setelah munculnya tanda-tanda kecenderungan tentara Israel menolak untuk membunuh penduduk sipil Palestina. Sumber-sumber Zionis Israel terakhir mengakui seorang tentara cadangannya menolak dikirim ke medan perang sebagai bentuk protesnya membantai orang-orang tak berdosa. Ia didili dan dipenjara selama 14 hari. Sumber-sumber itu juga menegaskan untuk pertama kalinya sejak perang muncul keinginan menolak perintah militer Israel dengan alasan ideologi yang berujung pada penolakan seorang tentara cadangan untuk ikut dalam operasi militer.
Michael Sefarad pengacara gerakan “berani menolak” menyebut 8 tentara cadangan Israel mengkonsultasikan keinginan mereka untuk mengumumkan menolak perintah untuk ikut dalam operasi militer di Gaza. Mereka bertanya mengenai hukuman paling berat yang akan mereka terima bila menolak, sambil mereka juga menegaskan bahwa semakin lama operasi militer keinginan mereka menolak akan semakin memuncak.
Penulis dan pakar militer Avi Vaksman dalam artikelnya yang dipublikasikan pekan lalu oleh koran Maariv menulis, sumber-sumber Israel tidak akan mengakui jumlah korban yang tewas dan cedera di pihak militer rezim ini agar tidak memberikan kekuatan dan spirit yang lebih kepada para pejuang Palestina dan sekaligus tidak menurunkan semangat tentaranya yang kalah. Vaksman menambahkan, Israel tidak akan mengumumkan jumlah korban kecuali hanya menyebut 10 korban tewas. Mereka tidak akan mengumumkan lebih dari itu, sekalipun jumlah korban telah melebihi seratus tentara. Karena di Israel ada undang-undang yang melarang korban tentara lebih dari 10 orang.

Walaupun dengan kebijakan tersebut pihak militer Israel mengumumkan jumlah personil militernya yang tewas hanya sekitar 13 orang, tapi berdasarkan fakta dilapangan, jumlah korban di pihak Israel yang diumumkan oleh pihak perlawananlah yang paling valid yaitu: 227 orang tewas dan 207 luka-luka. Perlawanan juga berhasil merontokkan 47 tank Israel, 3 pesawat tempur dan sebuah pesawat tanpa awak.

Roket dari arah Lebanon Hantam wilayah Israel
Tiga roket yang ditembakkan dari Lebanon menghantam Israel utara Kamis 8 Januari 2009 mencederai dua orang. Roket-roket itu adalah yang pertama ditembakkan dari Lebanon sejak tahun 2007, dan terjadi pada hari ke-13 serangan negara Yahudi itu di Jalur Gaza. Tidak segera jelas siapa yang menembakkan roket-roket itu. Para pejuang Palestina menembakkan roket-roket dari Lebanon ke Israel utara, Juni 2007, yang tidak menimbulkan korban. Dalam perang tahun 2006 terhadap para pejuang Hizbullah di Lebanon tahun 2006, Negara Yahudi itu sering dilanda serangan roket yang tidak menimbulkan korban.
Micky Rosenfeld, juru bicara kepolisian Israel, mengatakan, roket-roket itu menghantam tiga lokasi berbeda di wilayah Galilee, Israel utara. Sumber-sumber keamanan Lebanon mengatakan, antara tiga dan lima roket  ditembakkan dari Lebanon selatan ke Israel utara.
Para pengamat mengatakan, kelompok Hizbullah yang didukung Iran mungkin berusaha melibatkan diri dalam pertempuran Israel melawan Hamas di Gaza. Hamas juga didukung Iran.
Hentikan Perang
Penyerangan militer Israel yang menewaskan ratusan warga sipil tidak bisa dibenarkan. Dunia harus segera menghentikan aksi militer Israel yang lebih luas. Terlebih rencana pemerintahan Israel yang akan mengerahkan angkatan daratnya memasuki wilayah Gaza. Jika hal ini terjadi, ratusan hingga ribuan jiwa akan melayang. Negara-negara dunia yang menginginkan perdamaian dan menghargai hak hidup manusia, sudah semestinya menyerukan Israel dan Hamas akan melakukan gencatan senjata. PBB yang ‘ompong’ haruslah mendapat desakan dari negara-negara tetangga Israel-Palestina. Sangat ironis, negara-negara Arab yang berada sangat dekat dengan wilayah Gaza bungkam membisu atas penyerangan Israel di Jalur Gaza. Dunia Arab terlalu lamban menyikapi penyerangan brutal tersebut. Meskipun akhirnya,  Liga Arab mulai mengambil tindakan dan bersuara setelah ‘disentil’ pemimpin Iran. Negara OKI-pun lamban bertindak. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar rupanya lebih reaktif dibanding negara-negara Muslim Arab.   Melalui utusan Indonesia di PBB, Indonesia mendesak diadakan sidang PBB untuk mengeluarkan resolusi damai di ‘tanah suci 3 agama’ itu. Terkesan diantara negara-negara Islam belum bersatu [bisa dikatakan tidak bersatu, masing-masing hanya mementingkan diri sendiri, terutama negara Arab yang kaya minyak] Sudah saatnya, negara-negara Arab bersatu mengamankan wilayah Israel-Palestina, aktif mencari jalan damai, demi menghindar jatuhnya korban-korban yang tidak berdosa. Sekali lagi, hentikan perang dan penyerangan. Karena bukan hanya tentara dan pejuang yang tewas, melainkan  anak-anak, wanita, orang-orang yang tidak berdosa ikut menjadi korbanpertikaian.
GencatanSenjata
Gencatan senjata akhirnya telah dilakukan pada 18 Januari 2009 silam . Biaya rekonstruksi memakan biaya hingga 2 miliar dolar (20 triliun rupiah).  Arab Saudi menyumbang USD 1 miliar.
Berikut kronologi Perang Gaza sejak gencatan senjata Hamas - Israel di Jalur Gaza sampai bulan Januari 2009

14 Desember 2008: Pemimpin Hamas Khaled Meshaal mengatakan kelompoknya tidak akan memperbarui gencatan senjata enam bulan dengan Israel.

18 Desember 2008: Hamas mengumumkan berakhirnya gencatan senjata yang sebenarnya akan berakhir sehari mendatang, ditandai dengan meningkatnya pertempuran lintas batas.

24 Desember 2008: Para pejuang Palestina di Gaza menembakkan roket ke Israel.

27 Desember 2008: Israel melancarkan serangan udara ke Gaza untuk menjawab serangan roket dan mortir Hamas, menewaskan setidaknya 229 warga Palestina.

28 Desember 2008: Serangan udara Israel mengenai Universitas Islam dan membidik terowongan penyelundupan Jalur Gaza yang menghubungkan Gaza ke dunia luar.

29 Desember 2008: Israel membom Kementerian Dalam Negeri Palestina yang dikuasai Hamas dan mengumumkan wilayah-wilayah seputar Jalur Gaza sebagai zona militer tertutup.

Saat yang sama para pejuang Palestina menembakkan roket-roketnya makin dalam ke wilaya Israel.

31 Desember 2008: Dewan Keamanan PBB menggelar sidang darurat dimana usul gencatan senjata Arab diabaikan tanpa pemungutan suara.

1 Januari 2009: Israel membunuh Nizar Rayyan, pemimpin garis keras Hamas, lewat serangan udara ke sebuah rumah di Jalur Gaza.

2 Januari 2009: Para pejabat Palestina mengatakan Mesir mulai mengadakan pembicaraan-pembicaraan lebih luas dengan Hamas untuk menghentikan pertumpahan darah.

3 Januari 2009: Israel melancarkan ofensif darat ke Jalur Gaza dengan mengirim tank-tank dan infantri untuk berperang dengan Hamas.

4 Januari 2009: Israel memotong Jalur Gaza dari sepanjang pagar pembatas sampai Laut Tengah. Tentara dan artileri berat Israel mengepung Kota Gaza. Israel menolak kemungkinan gencatan senjata dalam fase ofensif ini.

5 Januari 2009: Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, dalam rangka misi damai, dan Presiden AS George W. Bush, mengimbau gencatan senjata.

6 Januari 2009: Israel menembak sebuah sekolah PBB dengan menewaskan 42 warga Palestina di kamp pengungsian Jabalya dimana warga sipil Palestina berlindung, tentara Israel berkilah tembakannya sebagai balasan atas tembakan mortir dari sekolah itu yang diarahkan ke mereka.
Mesir, didukung Prancis dan negara-negara kuat Eropa lainnya, mengajukan gencatan senjata darurat dan pembicaraan dengan mengakomodasi tuntutan-tuntutan Israel.
Sekitar 30 rudal menghantam Israel.

7 Januari 2009: Kekerasan berhenti setelah gencatan senjata tiga jam di Gaza.
Israel menyatakan mereka melihat positif pembicaraan Kairo mengenai rencana gencatan senjata menyeluruh yang diajukan Presiden Mesir Hosni Mubarak dan Presiden Sarkozy.
Duapuluh warga Palestina terbunuh. Sedikitnya 15 roket Hamas menghantam wilayah selatan Israel namun tidak memakan korban. Israel melanjutkan pemboman ke wilayah sepanjang perbatasan selatan Gaza dengan Mesir di mana terowongan-terowongan telah digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata ke Gaza.

8 Januari 2009: Roket-roket ditembakkan dari Lebanon menghantan selatan Israel dan melukai dua orang. Sepuluh roket ditembakkan dari Gaza menghantam selatan Israel tapi tidak menimbulkan korban.
Jumlah warga Palestina tewas bertambah menjadi 666, demikian para pejabat kesehatan. PBB mengatakan kebanyakan korban adalah warga sipil. Sebelas orang Israel tewas sampai 13 hari terakhir, delapan diantaranya tentara.
Sarkozy mengungkapkan dia dan Kanselir Jerman Angela Merkel bersiap mengambil prakarsa bersama untuk membantu mempromosikan perdamaian.
PENUTUP
Konflik antara Hamas dengan Israel merupakan sebuah konflik untuk memperebutkan kedaulatan suatu negara. Palestina sebuah negara yang wilayahnya telah dicaplok oleh Israel berusaha berjuang untuk mendapatkan wilayahnya kembali. Namun begitu Israel akan tetap menduduki wilayah Palestina sampai kapanpun. Melaului perjuangan bersenjata dan diplomasi segenap rakyat Palestina akan terus melakukan perjuangan untuk mendapatkan kembali wilayahnya. Partai Hamas yang mana merupakan partai pemenang pemilu 2006 akan terus melakukan perlawanan untuk menghancurkan Israel. Dengan corak perlawanan bersenjata Hamas terus melaukukan serangan demi serangan ke pasukan Israel yang hendak memasuki wilayah Gaza dan bertujuan menghancurkan kekuatan Hamas.
Lepas dari perlawanan itu semua, setiap peperangan akan memakan banyak korban jiwa. Dalam kubu Palestina sendiri sekitar 1000 orang lebih telah menjadi korban kebiadaban perang Israel. Sebagian besar diantara korban itu adalah wanita dan anak-anak.
Sudah semestinya dunia Internasional mulai membuka mata untuk mengutuk pendudukan tanah Palestina oleh Israel. Dan mulai menghapus wilayah Israel dari peta dunia.
DAFTAR PUSTAKA
www. Wikipedia.com
TIMELINE - Israeli-Hamas violence since truce ended", Reuters, 1 Januari 2009. Diakses pada 2 Januari 2009.


No comments:

Post a Comment