Monday, December 13, 2010

Makalah Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Kelompok 2:
1.      Halimah Candrasari          (07406244008)
2.      Angga Apip                      (07406244009)
3.      Bayu Prakoso                    (07406244016)
4.      Wahyu Setyo Rini             (07406244041)
5.      Wisnu Wahyudi                (07406244053)
6.      Teguh Wirangga                (05406244026)

KONFRONTASI INDONESIA DENGAN MALAYSIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Dina Dwi Kurniarini, M.Hum.

BAB I
LATAR BELAKANG
Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan adalah, sebuah provinsi di Indonesia. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Britania Borneo Utara, kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya untuk membentuk Malaysia. Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.
Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8 Desember 1962. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan sandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris. Dia menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura. Pada 16 Desember, Komando Timur Jauh Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa seluruh pusat pemberontakan utama telah diatasi, dan pada 17 April 1963, pemimpin pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.
Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Malaysia apabila mayoritas di daerah yang ribut memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh PBB. Tetapi, pada 16 September, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan. Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai perjanjian yang dilanggar dan sebagai bukti imperialisme Inggris. “Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul RahmanPerdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak. ”
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana awal penyebab konfrontasi Indonesia dengan Malaysia?
Bagaimanakah akibat dari Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia?


BAB II
PEMBAHASAN
PERANG
Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase. Pada 27 Juli, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia". Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.
Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang, mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia. Federasi Malaysia resmi dibentuk pada 16 September 1963. Brunei menolak bergabung dan Singapura keluar di kemudian hari. Ketegangan berkembang di kedua belah pihak Selat Malaka. Dua hari kemudian para kerusuhan membakar kedutaan Britania di Jakarta. Beberapa ratus perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta dan juga rumah diplomat Singapura. Di Malaysia, agen Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur.
Di sepanjang perbatasan di Kalimantan, terjadi peperangan perbatasan; pasukan Indonesia dan pasukan tak resminya mencoba menduduki Sarawak dan Sabah, tanpa hasil. Pada 1964 pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tentera Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia. Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service(SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan khusus Indonesia (Kopassus) tewas dan 200 pasukan khusus Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan (Majalah Angkasa Edisi 2006).
Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan ditangkap oleh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan Selandia Baru dan bakinya ditangkap oleh Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif. Sebagai tandingan Olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di Senayan, Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing. Pada Januari 1965, Australia setuju untuk mengirimkan pasukan ke Kalimantan setelah menerima banyak permintaan dari Malaysia. Pasukan Australia menurunkan 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian Special Air Service. Ada sekitar empat belas ribu pasukan Inggris dan Persemakmuran di Australia pada saat itu. Secara resmi, pasukan Inggris dan Australia tidak dapat mengikuti penyerang melalu perbatasan Indonesia. Tetapi, unit seperti Special Air Service, baik Inggris maupun Australia, masuk secara rahasia (lihat Operasi Claret). Australia mengakui penerobosan ini pada 1996. Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah dan berhadapan dengan Resimen Askar Melayu Di Raja dan Kepolisian North Borneo Armed Constabulary.

Akhir Konfrontasi

Menjelang akhir 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya kudeta. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda. Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.

Akibat
Konfrontasi ini merupakan salah satu penyebab kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI, menjelaskan motivasi para tentara yang menggabungkan diri dalam gerakan G30S/Gestok (Gerakan Satu Oktober), dan juga pada akhirnya menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.
Konfrontasi terhadap Malaysia adalah "politik pengalihan" Bung Karno atas situasi sosial, ekonomi, dan politik domestik saat itu. Ini terjadi karena Inggris memasukkan Sabah dan Serawak (Kalimantan Utara) menjadi bagian Malaya. Saat itu, perekonomian Indonesia sedang sulit akibat revolusi yang katanya belum selesai. Antara TNI AD dan PKI pun sedang terjadi bersaing. Dalam konfrontasi PKI mendukung Bung Karno, sedangkan ABRI "setengah hati". Aneka kisah ada dalam dokumen sejarah pertempuran tentara Australia dan Inggris dalam membantu Malaysia. Di Australian War Memorial di Canberra, bisa dibaca nama-nama tentara Australia yang gugur di Borneo. Di Museum TNI Satria Mandala juga bisa dilihat diorama dwikora. Dalam bentuk ilmiah, konfrontasi itu dapat dibaca dalam tesis master ilmuwan Australia, Jamie Mackie.
Meski Indonesia menghadapi kesulitan ekonomi, ABRI memiliki peralatan tempur tercanggih di Asia Timur, dibeli dari Uni Soviet untuk merebut Irian Barat. Pada masa Trikora (merebut Irian Barat), Soviet mendukung Indonesia. Namun pada masa Dwikora (konfrontasi dengan Malaysia), Soviet enggan mendukung karena atas pengaruh PKI, Indonesia lebih condong ke RRC. Malaysia sendiri masih merupakan negeri muda usia, tetapi didukung Inggris, Australia, dan Selandia Baru sebagai sesama anggota Persemakmuran Inggris.
Hasil konfrontasi sudah kita ketahui. PKI digilas TNI AD, Soekarno jatuh. Dalam konfrontasi dengan Malaysia, Indonesia tidak mampu memainkan diplomasi antara Blok Barat dan Blok Timur. Indonesia sempat keluar dari PBB karena Malaysia terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan. Kekuatan-kekuatan Baru (New Emerging Forces/Nefos) yang dicanangkan Bung Karno juga mati, meski Jakarta sempat menjadi tempat bagi Conference of the New Emerging Forces (Conefo) dan Ganefo (Games of the New Emerging Forces). Saat itulah seorang ilmuwan AS, Russell Fifield, mencanangkan perlunya dibentuk organisasi regional di Asia Tenggara demi terciptanya stabilitas regional di Asia Tenggara sebagai pengganti ASA (Association of Southeast Asia) dan Maphilindo (Malaysia, Phillippines, Indonesia) yang dikenal sebagai ASEAN, berdiri 8 Agustus 1967, didahului penghentian politik konfrontasi Indonesia-Malaysia tahun 1966.
Penghentian konfrontasi merupakan kebijakan Presiden Soeharto yang mengirim diplomat dan militer untuk melakukan perundingan dengan mitranya di Malaysia dengan caranya sendiri. Ini untuk melapangkan terbentuknya ASEAN dan dibukanya keran bantuan negara-negara Barat guna membangun ekonomi Indonesia, yakni terbentuknya IGGI.
BAB III
KESIMPULAN
Konfrontasi ini merupakan salah satu penyebab kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI, menjelaskan motivasi para tentara yang menggabungkan diri dalam gerakan G30S/Gestok (Gerakan Satu Oktober), dan juga pada akhirnya menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat. Konfrontasi terhadap Malaysia adalah "politik pengalihan" Bung Karno atas situasi sosial, ekonomi, dan politik domestik saat itu. Ini terjadi karena Inggris memasukkan Sabah dan Serawak (Kalimantan Utara) menjadi bagian Malaya. Saat itu, perekonomian Indonesia sedang sulit akibat revolusi yang katanya belum selesai.


DAFTAR PUSTAKA

Konfrontasi Indonesia-Malaysia (1962-1966). www.wikipedia.co.id.


















No comments:

Post a Comment