Tuesday, April 5, 2011

Pasukan Samber Gelap di Desa Keparakan Lor Kecamatan Margangsang Yogyakarta


PENDAHULUAN
Penyerbuan tentara Belanda ke Yogyakarta melengkapi gambaran Internasional bahwa pemerintahan Indonesia telah mati. Serangan terhadap ibukota Indonesia dimasa perjuangan itu telah dilakukan oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1948. Namun serangan ini segera ditanggapi oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam dengan membentuk suatu pemerintahan ilegal yang bertujuan untuk mengikat pegawai yang berkebangsaan Indonesia agar tidak dipergunakan oleh Belanda. Pemerintahan ini hanyalah bersifat penghubung dengan rakyat.
Sementara Yogayakarta menjadi pusat militer Indonesia, Jendral Sudirman melalului kapten Suparjo mengumumkan perintah kilat melalului RRI Yoya sebagai berikut
1.      Pada tanggal 19 Desember 1948 angkatan perang Belanda telah menyerang Yoyakarta dan lapangan terbang Meguwo
2.      Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata
3.      semua angkatan perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk menghadapi Belanda.
Pengumuman itu dilakukan Jendral Sudirman sebelum berangkat keluar kota untuk melakukan perang gerilya.
Pembentukan pemerintahan ilegal dan pembentukan pasukan gerilya ini menunjukkan ketahanan rakyat bersama pemimpinnya untuk bekerja mewujudkan Indonesia merdeka sebagai negara, tanah air, dan bangsa. Gejala ini menjadi umum dikampung-kampung dalam kota yang selalu diancam ketidakpastian ditengah-tengah masyarakat. Cara ini rupanya efektif untuk menyatakan gambaran Indonesia merdeka secara sederhana. Semnagat untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia rupanya telah mewabah sampai kekalangan pemuda kampung. Mereka kemudian mulai membentuk suatu pasukan atau laskar pejuang yang terdiri dari para pemuda kampung. Salah satunya adalah laskar pejuang yang ada dikampung Keparakan Lor , kecamatan Margangsan Yogyakarta. Para pemuda di desa keparakan membentuk suatau laskar pejuang yang kemudian dikenal sebagai laskar samber gelap.
Perjuangan Laskar Samber gelap dalam perang dengan Belanda di Yogyakarta mempunyai arti bahwa pejuang kmerdekaan tidak hanya berasal dari kalangan BKR atau TNI saja tetapi juga banyak yang berasal dari para pemuda.

PEMBAHASAN
Kampung Keparakan lor merupakan kampung yang berada dikawasan Yogyakarata, kampung Keparakan Lor disebelah utara dibatasi oleh RK Prawirodirjan, sebelah barat oleh jalan raya yang membagi keparakan lor dengan RK Dipowinatan, sebelah selatan dibatasi oleh wilayah Rk Keparakan kidul dan sebelah timur dibatasi oleh kawasan kali code yang memanjang dari utara ke selatan. Ketua RK-nya waktu itu adalah pujihartono. Adapun ketua pemuda Keparakan lor pada waktu itu dipegang oleh Sudiman. Kerjasama antara keduanya dengan para pemuda kampung telah mampu mewujudkan suatu laskar rakyat yang bernama pasukan samber gelap.
Pada waktu itu para pemuda didesa keparakan lor sudah mulai aktif melakukan perjuangan melawan Belanda. Mereka pernah ikut melakukan pertempuran merebut Kidubutai di Kota Baru. Pemuda Keparakan lor juga ikut mengibarkan bendera merah-putih digedung negara pada bulan September 1945.
Pasukan samber gelap bukan merupakan pasukan resmi dari pemerintah RI. Bahkan oleh beberapa pasukan dari BKR atau TNI pasukan samber gelap sering dituduh melakukan cara-cara kotor dalam melakukan perjuangan melawan Belanda.[1]
Sementara itu tempat pelatihan militer para pemuda RK Keparakan Lor diselenggarakan di Selarong. Secara spiritual tempat itu dipandang mampu memberikan semnagat yang berlebih, mengingat tempat itu merupakan peninggalan Diponegoro saat membentuk basis gerilyanya melawan Belanda. Pelatihnya waktu itu adalah seseorang yang bernama Nawawi dari Militer Akademi (MA). Proses latihan kemiliteran para pemuda di keparakan lor berlangsung antara tahun 1946 – 1947. latihanya waktu itu mencakup baris-berbaris, menggunakan senapan, latihan siasat perang, meloloskan diri dari pengepungan.
Bersamaan dengan diserangnya Yogyakarta oleh Belanda pemnuda keparakan lor ikut bergerak kearah selatan. Di desa ngoto pemuda Kepparakan Lor membentuk laskar perjuangan dengan nama pasukan samber gelap, kira-kira pada tanggal 20 Desember 1948. pemberi nama itu adalah Sudiman. Pada waktu itu jumlah pasukan adalah kira-kira 50 orang. Di daerah itu pimpinan laskar dipegang oleh Achmad Umar atau Muhammad Umar. Mereka bertahan di daerah Ngoto selama 3 bulan.
Pada tanggal 30 Desember 1948 pasukan samber gelap mendapat cobaan yang berat. Pada waktu itu Ahmad Umar bersama dengan Subari da lurah desa Ngoto, bersama istri dan anaknya ditembak pasukan patroli Belanda dimuka markas pasukan samber gelap. Waktu itu markas pasukan samber gelap menempati rumah lurah desa Ngoto. Pnembakan itu dilakukan karena pasukan Belanda menemukan pistol dan granat didalam rumah lurah.  Pasukan samber gelap kehilangan pemimpinya. Selang beberapa waktu setelah itu 3 anggota pasukan samber gelap ditangkap oleh pasukan Belanda mereka adalah Pawiro Aurat, Hartono, dan Sutejo. Mereka ditahan di Beteng selama 10 Hari. Mereka dituduh sebgai pengawal pribadi presiden karena mereka mengenakan setelan baju surjan iket dan celana  panjang dari bahan drill yang pada waktu itu adalah setelan untuk pengawal presiden. Ketiga orang itu mengalami luka-luka karena penyiksaan yang dilakukan oleh Belanda selama mereka didalam Beteng. Ketika mereka dibebaskan oleh pasukan belanda mereka harus merangkak untuk mencapai desa Keparkan Lor. Dalam perjalan itu mereka sering ditertawakan oleh orang-orang keturunan Cina didaerah Gondomanan[2].
Operasi besar-besaran yang dilakukan oleh Belanda untuk menumpas setiap perlawanan berimbas pada pasukan samber gelap. Sewaktu pasukan samber gelap bermarkas di Ngoto mereka pernah mengadakan penangkapan mata-mata yang berkebangsaan Cina didaerah Gondomanan. Rumah mata-mata itu terletak beberapa puluh meter dari markas Belanda di Susteran Gondomanan ( kini SMP Imakulata ). Mata-mata itu kemudian dibunuh pasukan samber gelap setelah diperiksa. Proses penangkapan itu sendiri sudah merupakan kebanggaan bagi mereka, apalagi kalau mengingat rumah mata-mata yang didekat markas Belanda. Penculikan seperti itu memang sering dilakukan oleh pasukan samber gelap. Bahkan tentara pun tidak jarang menjadi sasaran penculikan oleh gerilyawan dengan cara memasang seorang pelacur untuk menarik tentara itu berkencan dikampung. Ketika tentara itu masuk kampung penculikan oleh para gerilyawan segera dilakukan. Pada waktu mengadakan serangan umum persenjataan pasukan samber gelap hanya berupa granat dan beberapa sten dan Pistol. Dalam serangan itu mereka bergerak sampai di belakang Bah Petruk, tepatnya dimuka markas pasukan Belanda di Susteran Gondomanan. Mereka bertahan ditempat itu sampai jam 11.00. namun karena komunikasi dengan daerah utara, timur dan barat tidak ada, mereka kemudian bergerak mundur lagi kearah selatan. Serangan umum itu sebagaimana telah kita ketahui sebagai serangan umum 1 Maret 1949. Dengan dilancarkannya serangan itu dimaksudkan agar para pemimpin yang ditawan belanda menyadari bahwa Republik Indonesia beserta seluruh rakyatnya akan terus mempertahankan kemerdekaan. Selain itu juga untuk mendesak agar Belanda mau mennerima resolusi PBB untuk meninggalkan Yogya dan mau berunding dengan Indonesia. Pasukan samber gelap dalam serangan umum ini dihimbau untuk ikut mengadakan penyerangan ke kota yaitu apabila sirine tanda jam malam sudah selesai yaitu ketika pagi menjelang agar melakukan penyerangan.
Pasukan samber gelap dalam perintah itu bergerak masuk kota dari arah Brontokusuman, sambil mengawasi markas Belanda di Tungkak dan Pojok Beteng Wetan. Belanda memasang lampu sorot ke empat penjuru untuk mengawasi gerakan para Gerilya. Rumah penduduk di timuran tidak luput menjadi sasaran pembakaran oleh pasukan Belanda yang bermarkas di pojok beteng wetan yang bertujuan agar lebih mudah mengawasi para pasukan gerilya. Menurut Suyudi, salah satu anggota Samber gelap markas itu tidak tertembus oleh serangan gerilya RI.
Pasukan samber gelap termasuk pasukan yang sering mengganggu pertahan pasukan Belanda di Tungkak dan Godomanan, yaitu pada saat mereka bermarkas di Ngoto. Kampung Keparakan Lor pada waktu itu dijadikan pos pengintaian dan basis persenjataan dan logistik[3]. Dengan cara itu pasukan samber gelap ikut menunjukkan pada dunia Internasional bahwa RI masih ada dan rakyat bersiap untuk membelanya.
Ketika Ahmad Umar meninggal dan kepemimpinan pasukan samber gelap dipegang oleh Sadiman, markas pasukan samber gelap dipindakan dari desa Ngoto ke Krajan pedukuhan Gorongan di daerah Condong Catur. Dimarkas barunya ini pasukan Samber Gelap berjumlah 15 orang dan dibagi menjadi beberapa kelompok yang kemudian setiap kelompok menempatio rumah penduduk untuk menumpang.
Di desa Krajan ini pasukan samber gelap bergabung dengan pasukan MA dan mereka bertemu dengan Nawawi yang kemudian mengajarkan taktik pertempuran pada mereka. Dalam situasi yang gawat anggota-anggota Pasukan Samber Gelap mempunyai nama-nama samaran dalam usaha untuk menyelamatkan diri agar tidak tertangkap oleh pihak Belanda.
Pada bulan Maret dan April 1949 pasukan Samber Gelap ikut mengadakan pencegatan konvoi Pasukan Belanda di Kentungan, Ngabean ( sebelah timur perusahaan listrik di jalan Kaliurang), Dayu, Pakem, Kaliurang. Mereka menngadakan akti bersama dengan pihak MA dan Laskar Rakyat yang lainnya. Dengan pengggabungan itu jumlah personil menjadi 50 orang sampai 75 orang. Dalam melakukan pencegatan-pencegatan konvoi pasukan samber gelap sering mendapatkan tambahan amunisi dan persenjataan. Dalam sebuah penyerangan terhadap markas Belanda di  Kaliurang pasukan Samber Gelap pernah berhasil melakukan pennyerangan dan berhasil menewaskan tentara Belanda. Pada waktu itu tepat pada saat ulang tahun ratu Juliana yang ke 40 para pasukan Belanda sedang mengadakan pesta untuk merayakannya. Dengan memanfaatkan kesempatan ini maka pasukan Samber Gelap mulai melakukan penyerangan.
Secara umum persenjataan pasukan samber gelap makian lengkap. Mereka memiliki bren, tekidento (mortir kecil), pistol, stegun, granat, dan karaben. Persenjataan itu makin lengkap seriring makin sringnya mereka melakukan penyergapan terhadap konvoi-konvoi Belanda.
Selain melawan Belanda pasukan samber gelap juga sering mengmankan kampung yang digunakan sebgai markas mereka dari para perampok dan garong. Pernah pada suatu waktu mereka mendapat laporan dari penduduk desa Krajan bahwa ditempat itu sering terjadi pencurian hewan ternak yang dilakukan oleh gerombolan bersenjata. Lalu pada saat kejadian itu terjadi lagi pasukan samber gelap mulai mengejar para pencuri itu dan mendapatkan bahwa mereka adalah gerombolan pencuri yang memakai pakainan hitam. Setelah terkejar kemudian pasukan samber gelap menembaki pencuri itu dengan senapan tetapi para pencuri berhasil kabur namun hasil curian dapat diamankan kembali oelah pasukan Samber Gelap.
Walupun seringkali pasukan samber gelap berganti-ganti markas karena faktor keamanan, namun mereka sering mendabakan untuk kembali ke kampung halaman mereka yaitu di desa Keparakan Lor. Mereka sering memerintahkan anak kecil untuk memeriksa keadaan kampung Keparakan Lor. Jika dirasa keadaan kampung itu aman maka para anggota paasukan samber gelap ini akan pulang kerumah sekedar melepas rindu pada keluarganya. Namun tentunya mereka tetap berhati-hati terhadap pasukan Belanda yang sedang berpatroli.
Kerawanan daerah Keparakan Lor tidak hanya adanya markas pasukan Belanda , tetapi sekaligus daera itu banyak mata-matanya. Pawiro[4] mengatakn adanya tiga orang mata-mata di kampung itu. Salamun dan Santoso dikenal berprofesi sebagai Garong. Sebelum Belanda datang ke Yogyakart keduanya ditahan polisi RI di Wirogunan. Dengan kedatangan Belanda mereka berdua dibebaskan dan kemudian keduanya menjadi agen polisi Belanda. Semasa pendudukan mereka sering berhubungan dengan polisi dan tentara Belanda. Seorang mata-mata yang lain melarikan diri dari kampung bersama rombongan polisi Belanda[5]. Menurut Pawiro mata-mata yang lain itu bernama Paijan atau sering dipanggil Ijan. Dalam keadaan yang mulai mendesak Ijan kemudian ikut melariakn diri bersama-sama polisi Belanda ke Semarang.  Dengan adanya tokoh mata-mata seperti itu perjuangan untuk membela RI menjadi sangat rawan di Kampung Keparakan Lor.


HASIL WAWANCARA 

Nama                                                   : Prawiro Widjoyo
TTL                                                     : Yogyakarta suro tahun 1920
Alamat                                                : Keparakan Lor
Agama                                                 : Islam
Jabatan Masa Perjuangan                    : Laskar Rakyat ( pasukan Samber Gelap)

Latar Belakang dibentuk pasukan Samber Gelap ?
Untuk melawan pasukan Belanda yang menduduki Yogyakarta
Jumlah awal Pasukan ?
Kurang lebih 50 orang
Anggota pasukan apakah hanya dari desa Keparakan Lor?
Iya, ini merupakan laskar perjuangan yang dibentuk para pemuda didesa Keparakan Lor
Asal Nama Samber Gelap?
Dinamai oleh bapak Sudiman (Paiman)
Markas pasukan Samber Gelap?
Awal markas berada di desa Keparakan Lor, kemudian pada masa gerilya berada di tempat lurah desa Ngoto
Pusat Pasukan Samber Gelap?
Pertama di Desa Keparakan
Samber gelap apakah ,erupakan Pasukan resmi dari pemerintah?
Tidak resmi, samber gelap merupakan laskar pejuang yang dibentuk pemuda Keparakan lor. Tetapi pada saat serangan umum 1 Maret diakui dan mendapat perintah langsung dari atasan TNI untuk ikut melakukan serangan.
Daerah Perjuangan?
Gondomanan tepatnya menyerang markas pasukan Belanda yang berada di Susteran Gondomanan. Tetapi juga sring mencegat konvoi-konvoi Belanda.
Asal persenjataan darimana?
Persenjataan didapatkan dengan cara merampas dari konvoi Belanda yang sedang melakukan konvoi.
Pertama masuk laskar umur berapa?
Lupa saya mas, sekitar belasan tahun sudah aktif  di laskar
Bagaimana Perjuangan Laskar Samber Gelap itu ?
Jika malam sering melakukan penyerangan di pojok Beteng dan gondomanan, selain itu kami juga melakukan perang gerilya.
Apakah pernah melakukan penangkapan terhadap para orang Cina dan Belanda yang ada di Yogyakarta?kejadiannya gimana pak?
Pada waktu di Ngoto pernah menangkap mata-mata Cina tetapi saya tidak ikut mas, tetapi pada saat saya keluar dari tahan Belanda dibeteng saya dan dua orang teman saya yang ditangkap pada waktu perjalanan pulang ke Keparakan lor ditertawakan para orang Cina yang ada di Gondomanan mas. Pada waktu itu karena penyiksaan yang dilakukan oleh Belanda kami tidak bisa berdiri mas, dari beteng sampai rumah di desa Keparakan saya dan teman-teman merangkak. Pada saat sampai di Gondomanan kami ditertawakan oleh orang Cina yang ada disana mas. Pada waktu itu saya ditangkap karena saya dikira pengawal presiden mas, karena saya dan teman-teman pada waktu itu mengenakan pakaian seperti yang biasa dipakai pengawal presiden.
Usaha dari Belanda untuk menumpas perlawanan Samber Gelap?
Perlawanan yang dilakukan untuk menumpas kami pada waktu itu sangat komplit mas. Mulai dari patroli di Keparakan sampai penggeledahan rumah penduduk yang diduga anggota laskar Samber Gelap. Saya sempat tertangkap oleh Belanda mas, pada waktu itu saya dimasukin Tank tapi saat perjalan Tank nya menginjak ranjau dan meledak padahal saya masih didalam mas. Untungnya saya masih hidup pas mau lari saya tertangkap lagi mas dan saya dipukuli sama pasukan Belanda.
Akhir perjuangan Samber Gelap ?
Yaitu pada saat pasukan militer resmi dari pemerintah masuk ke kota ya sudah mas pasukan Samber Gelap langsung bubar. Soalnya kami bukan pasukan resmi mas kami hanya laskar kampung. Saat perang berakhir kami ditawari siapa saja yang ingin masuk militer disuruh mengisi formulir, tetapi saya tidak ikut mas.

Ya pak kami rasa sudah cukup informasi yang kami butuhkan, terima kasih pak atas wawancaranya
Ya sama-sama mas


Nama                                       : Djadi Suwarno
TTL                                         : Yogyakarta 5 Mei 1932
Agama                                      : Khatolik
Alamat                                    : Keparakan Lor MG1 887 Mergasan Yogyakarta
Jabatan masa perjuangan         : Agen Polisi, Brigade Mobil

Latar Belakang melakukan perlawanan?
Revolusi 1949 atas perintah Sri Sultan untuk menghidupkan kembali militerisasi di Yoyakarta. Dan membuktikan bahwa militer Indonesia belum mati.
Tempat perlawanan?
Pada saat serangan umum 1 Maret kami melakukan pertempuran di alun-alun utara, Gondomanan
Pemimpin bapak sendiri pada waktu itu siapa?
Pemimpin saya pada waktu itu adalah Bapak Djohan Suparno dia itu seorang Ajudan Komisaris mas
Jumlah pasukan bapak sendiri pada waktu itu berapa?
Pada saat saya melakukan perjuangan itu jumlah pasukan kami itu ada 1 kompi mas.
Asal persenjataan anda sendiri pada waktu itu berasal darimana pak?
Dari kompi brimob mas selain itu juga ada pasokan senjata dari pusat.
Motif perlawanan anda sendiri pada waktu itu seperti apa pak?
Ya motifnya untuk merebut Yogyakarta dari pasukan Belanda mas.
Bisa diceritakan salah satu perlawanan yang anda lakukan itu seperti apa?
Gini mas pas pertempuran serangan umum 1 Maret itu pasukan dibagi menjadi beberapa Wekres.
Wekres itu apa pak?
Itu semacam pasukan dari tiap-tiap penjuru. Pasukan saya sendiri termasuk dalam kelompok pasukan 3 itu arah serangnya dari timur mas.
Pada saat itu apakah pasukan anda itu berhasil melakukan perlawanan?
Berhasil mas, pada waktu itu pasukan kami itu berhasil masuk ke Yogyakarta selama 1 jam mas. Tepatnya di kidul Loji (markas Belanda). Setelah itu pasukan kami ditarik lagi mundur ke Pleret tepatnya dibekas pabrik gula mas.
Dari pasukan anda apakah ada yang gugur pak? Kalo ada berapa yang gugur?
Tidak ada mas, pasukan yang saya tenpati itu pada waktu melakukan serangan tidak ada yang gugur mas.
Anda sendiri umur berapa pak mulai masuk ke militer?
Saya itu masuk militer umur 17 tahun mas, waktu itu ada pendaftaran di Keraton siapa saja yang ingin bergabung dalam laskar. La saya sendiri ikut mendaftar mas, ibu saya tidak tahu kalau saya mendaftar sebagai laskar. Pas ibu saya tahu dia menangis mas. Katanya nanti kalau saya meninggal dalam pertempuran akan dinuatkan alatar yang besar mas hahahaha(tertawa). Waktu itu saya juga dikasih jimat berupa daun mashahaha(tertawa lagi)
Yang melatih pada waktu itu siapa pak?
Wah tidak ada mas.... pada waktu itu kami diberi senjata langsung suruh menembak latihannya cuman spontanitas mas...senjatanya sendiri pada waktu itu berasal dari gudang bekas milik pasukan Jepang
Pertama kali terjun dalam pertempuran dimana Pak?
Di semarang mas....
Apakah ada perasaan takut pak?
Tidak ada mas kami dulu itu malah senang bisa ikut bertempur......kami malah takutnya gini mas, kan pada waktu itu perjlanan Jogya-Semarang kami naik kereta, la takutnya nanti kami terlambat sampai di Semarang terus perangnya keburu berakhir kalo kayak gitu kami gak bisa ikut perang mas....

Ya pak saya rasa sudah cukup informasi yang kami butuhkan, terima kasih pak atas wawancaranya
Ya sama-sama mas

PENUTUP
Patriotisme, mungkin itulah kata yang pertama-tama kita bayangkan jika kita melihat para pejuang dalam mempertahankan RI. Mereka tidak hanya berasal dari kalangan militer saja, tetapi mereka merupakan seorang rakyat kebanyakan para petani, pedagang, pemuda kampung, dan para pelajar. Dalam setiap perjuangan untuk mengusir penjajah yang mereka lakukan akan tetap kita ingat sampai kapan pun. Dengan bermodalkan senjata seadanya mereka telah berani berbondong-bondong melakukan penyerangan ke markas pasukan Belanda. Perjuangan mereka semata-mata bukan karena materi tetapi mereka melakukannya karena panggilan jiwa, murni karena mereka mendambakan kemerdekaan penuh atas tanah air mereka. Setiap jiwa yang hilang, setiap darah yang menetes, setiap banyaknya alunan nafas yang terputus oleh terjangan peluru dan ledakan mortir tidak akan pernah menghentikan gelora semangat perjuangan anak negri. Dengan sebatang bambu mereka pergi mempertahankan republik ini, dengan menciuman tangan seorang ibu yang mungkin akan menjadi ciumannya yang terakhir mereka pergi ke pertempuran. Walau peluru menembus kulit mereka akan tetap terjang mnerjang hingga hanya satu kata terucap di ujung nafasnya Allohuakbar merdeka....!!!
Merekalah yang pantas kita sebut sebagai Pahlawan....

 DAFTAR PUSTAKA

A.H. Nasution. Sedjarah Perdjuangan Nasional di Bidang Bersendjata. Djakarta : Mega Bookstore, 1966.
Mengenang 5 Tahun Kemerdekaan. Djogja : Djapendi, 1950
Replika Sejarah Perjuangan Rakyat Yogyakarta
Wawancara dengan Djadi Suwarno pada tanggal 14 Mei 2009 di Keparakan Lor
Wawancara dengan Pawiro Widjoyo pada tanggal 14 Mei 2009 di Keparkan Lor


[1] Wawancara dengan Djadi Suwarno pada tanggal 14 Mei 2009 di Keparkan Lor
[2] Wawancara dengan Pawiro Widjoyo pada tanggal 14 Mei 2009 di Keparkan Lor
[3] Wawancara dengan Djadi Suwarno pada tanggal 14 Mei 2009 di Keparkan Lor
[4] Wawancara dengan Pawiro Widjoyo pada tanggal 14 Mei 2009 di Keparkan Lor
[5] Ibid

No comments:

Post a Comment